![]() |
Dayak Warrior |
![]() |
Sumpit Weapon - Dayak Warrior Indonesia |
![]() |
Anak Sumpit - Belakang |
![]() |
Anak Sumpit - Depan |
"Makanya, tak hernjajah Belanda bilang, menghadapi prajurit Dayak itu seperti melawan hantu," tutur Pembina Komunitas Tarantang Petak Belanga, Chendana Putra, di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Tanpa tahu keberadaan lawannya, tiba-tiba saja satu per satu serdadu Belanda terkapar, membuat sisa rekannya yang masih hidup lari terbirit-birit. Kalaupun sempat membalas dengan tembakan, dampak timah panas ternyata jauh tak seimbang dengan dahsyatnya anak sumpit beracun.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikRNDyuDIjzUNcnaIcBJ8BwBGP_yhIVfXh-dxiV9UoBMIqyDQtK9HUgnaIbi7-pm41YJqk6Prwt46EpLsfdZI1-eyPXbuUTa6473on7FbbZZVNLjhyphenhyphenqM7WMJRSitUFFetN0zKQvBjjc6U/s1600/Senjata+Pasukan+Hantu+Indonesia+Paling+Mematikan+-+Dayak+Warrior7_toko-dinasty.jpg)
Penguasaan medan yang dimiliki prajurit Dayak sebagai warga setempat tentu amat mendukung pergerakan mereka di hutan rimba. "Karena itu, pengaruh penjajahan Belanda di Kalimantan umumnya umumnya hanya terkonsentrasi di kota-kota besar tapi tak menyentuh hingga pedalaman," Chendana.
Tak hanya di medan pertempuran, sumpit tak kalah ampuhnya ketika digunakan untuk berburu. Hewan-hewan besar akan ambruk dalam waktu singkat. Rusa, biawak, atau babi hutan tak akan bisa lari jauh. "Apalagi, tupai, ayam hutan, atau monyet, lebih cepat lagi," katanya.
Bagian tubuh yang terkena anak sumpit hanya perlu dibuang sedikit karena rasanya pahit. Uniknya, hewan tersebut aman jika dimakan. "Mereka yang mengonsumsi daging buruan tak akan sakit atau keracunan," kata Chendana. Baik hewan maupun manusia, setelah tertancap anak sumpit hanya bisa berlari sambil terkencing-kencing.
"Bukan sekadar istilah, dampak itu memang nyata secara harfiah. Orang atau binatang yang kena anak sumpit, biasanya kejang-kejang sambil mengeluarkan kotoran atau air seni sebelum tewas," tambah Chendana.
Sumber : http://monster-bego.blogspot.com/2012/12/senjata-pasukan-hantu-indonesia-paling.html#ixzz35S4KzZmN
0 comments:
Post a Comment